Author : Yudi Asmara
0 Views
Sukses Tanpa Bakat
Mungkin saya memang tidak minat dan bakat di bidang ini,” seringkah kita mendengar pernyataan demikian? Ya, ungkapan tersebut biasa kita jumpai dari orang-orang yang kesulitan dalam meraih kesuksesan sebab ia merasa “tidak berbakat” pada satu bidang tertentu. Kemudian karena perasaan itu, mereka pun pada akhirnya memilih berhenti dan menyerah dalam proses meraih cita-citanya.
Perasaan seperti itu bisa diwajari terjadi, karena memang disadari ada sebagian orang yang bisa sukses karena faktor bakat yang dimilikinya. Namun yang tidak dibenarkan adalah bila kemudian hal tersebut digeneralisir bahwa orang-orang yang tak memiliki bakat akan gagal hidupnya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya, bukan hanya bakat yang bisa mengantarkan kita pada kesuksesan, tetapi juga ada jalan lain untuk bisa mencapainya. Jalan seperti apakah itu?
Author : Joky Satria Pamungkas
0 Views
Keadilan Allah dalam Perbedaan Kemampuan Tiap Manusia
Pada suatu waktu, kita mungkin pernah merutuki diri karena menjadi orang yang tidak berbakat dan menilai betapa tidak adilnya Allah dalam hal tersebut. “Andai saja setiap orang dikaruniai kemampuan yang sama, tentu tidak akan sulit bagi orang tak berbakat untuk berkompetisi dengan orang berbakat,” demikian yang sering terbersit dalam pikiran kita.
Namun, benarkah Allah tidak adil dalam pemberian bakat pada tiap manusia? Jawabannya, itu tidak benar. Ya, sebab nyatanya, bakat bukanlah perkara faktor genetik semata. Dalam sebuah disiplin ilmu diketahui, bahwa bakat juga bisa terbentuk karena adanya peranan sebuah senyawa kimia kecil bernama “Epigenetic Mark”. Jika manusia bisa mengoptimalkan kinerja senyawa tersebut, maka ia akan berpotensi memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki kemampuan yang tinggi (bakat).
Apa itu Epigenetic Mark? Bagaimana cara bekerjanya senyawa kimia tersebut?
Author : Redaksi
0 Views
Harianto Albarr (Pembawa Pelita Asa di Gelap Gulitanya Desa)
Bagi kita yang hidup di kota, penggunaan listrik dapat diibaratkan telah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari. Ada pemadaman sedikit saja, kita mungkin sudah mengeluh dan menggerutu. Padahal, kita seharusnya patut bersyukur, sebab masih banyak wilayah atau desa-desa di pelosok negeri yang belum terpasok listrik sama sekali.
Penduduk desa Bacu-bacu di provinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu saksi bagaimana hidup berpuluh tahun tanpa listrik. Namun beruntung pada tahun 2008, ada seorang pemuda kelahiran desa tersebut yang mau peduli dan melakukan suatu upaya agar warga desa Bacu-bacu bisa menikmati listrik. Laki-laki muda itu bernama Harianto Albarr.
Hal apa yang dilakukan oleh Harianto Albarr demi membuat terang desanya?