Author : Yudi Asmara
0 Views
Belajar dari Kebangkitan Jepang
Dahulu, negara ini memiliki ambisi menjadi salah satu kekuatan dunia dalam bidang militer. Namun karena 2 kota penting milik mereka kemudian mengalami pengeboman pada tahun 1945, impian itu pun sirna. Bukan hanya militer mereka yang hancur, tetapi juga perekonomiannya.
Namun, meski berbekal kondisi demikian dan juga dengan banyak keterbatasan, mulai dari sumber daya alam yang minim, tanah yang tandus, dan wilayah geografis dengan banyak potensi bencana, hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya untuk bangkit dari keterpurukan. Dan luarbiasanya, hanya dalam tempo 20 tahun, mereka mampu berdiri kembali, bahkan menjadi salah satu negara paling maju di dunia. Siapakah dia? Ya, Jepang, pemilik segala keluarbiasaan itu.
Apakah kiranya yang menjadi rahasia Jepang hingga ia mampu bangkit kembali menata negaranya?
Author : Jannah, Titik, Zaki
0 Views
Belajar dari Kisah Hidup Amirul Mu’minin, Umar bin Abdul Aziz
Mendengar kata “Khulafaur Rasyidin, imaji kita mungkin akan tertuju pada 4 sosok khalifah dengan sifat yang mulia, dimulai dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, tahukah kita bahwa sejatinya masih ada 1 nama lagi yang layak pula disandingkan dengan ke-empat sosok tersebut. Dialah Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang pernah diangkat menjadi Gubernur Madinah pada usianya yang ke-25 tahun.
Banyak kebijakan positif yang telah dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kepemimpinannya. Hal-hal positif itulah yang menjadikannya layak disejajarkan dengan khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, dan juga Ali.
Hal-hal seperti apakah yang telah dilaksanakan oleh Umar bin Abdul Aziz hingga beliau dapat dimasukkan pula pada kategori Khalifah yang Agung/Khulafaur Rasyidin? Nilai moral apakah yang dapat diambil dari segala hal yang dijalankan oleh khalifah tersebut?
Author : Alviani Susilawati
0 Views
Menjadikan Profesi Karir Sebagai Bentuk Pengabdian Diri Kepada Allah SWT
Kebanyakan orang bila ditanya mengenai hal apa yang menjadi pijakan dalam pemilihan kariernya, hampir bisa dipastikan semuanya serempak menjawab, “menghasilkan uang banyak dan memiliki nilai prestise”. Ya, karena begitu berharganya 2 orientasi tadi, tak jarang membuat orang sanggup melakukan apapun, seperti: jual beli jabatan, menyuap, dsb. Tujuan hidup, seakan tak ada lagi selain 2 hal tadi.
Namun di sisi lain, ada pula orang-orang yang dalam menetapkan kariernya adalah untuk beribadah kepada Allah. Mereka berkarier tak melulu mencari materi dan prestise, namun juga tanpa mengesampingkan minat dan bakat mereka pada suatu bidang. Mereka percaya, bahwa tujuan hidup tak sekedar seputar kekayaan dan juga kehormatan.
Lantas, bagaimanakah sejatinya tujuan yang benar dalam berkarier?