Tahun ke 3 Edisi 04

Mendengar kata “Ramadhan”, tiap dari kita pasti akan sumringah dan sangat bahagia. Ya, siapa yang tidak senang bisa bertemu kembali dengan bulan ‘spesial’ yang penuh dengan rahmat ini. Eits, tapi jangan salah, masih ada barangkali sebagian dari kita yang merasa cukup ‘nightmare’ mendengar kata Ramadhan. Ya, utamanya bagi kita yang mendapatkan seruan mengabdi di bulan Ramadhan. Menahan lapar dan haus, berpanas-panasan, bertemu orang dengan berbagai karakter adalah contoh beberapa hal yang ditakuti dari Ramadhan. Namun tahukah kita bahwa ada sebuah peristiwa besar di masa Nabi yang hampir memiliki kesamaan dengan tantangan mengabdi di bulan Ramadhan. Satu ekspedisi besar yang penuh dengan ujian dan tantangan, namun tidak sedikitpun menggoyahkan tekad umat muslim kala itu untuk berjuang habis-habisan di dalamnya. Peristiwa itu adalah ‘Ekspedisi Tabuk’. Seperti apakah kesamaan antara ekspedisi Tabuk dengan seruan mengabdi di bulan Ramadhan? Apa hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut?

Teknologi internet, dewasa ini perkembangannya kian pesat saja. Kita pun seakan tak bisa lepas darinya. Bagaimana tidak, bila semua informasi dari segala penjuru dunia dapat kita jangkau dengan cepat dan mudah hanya dengan berinternet ria. Menyadari segala kelebihannya itu, umat Islam seharusnya bisa turut memanfaatkan teknologi internet, salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan dakwah. Bisa dibayangkan betapa efektif dan efisiennya penyampaian pesan dakwah manakala menggunakan internet, dengan satu kali share bisa dibaca langsung oleh ribuan bahkan jutaan umat di seluruh negeri. Namun sayangnya, saat ini penggunaan internet masih disalahartikan oleh umat yang mengaku muslim tapi menyebarkan ajakan yang tidak mencerminkan Islam. Membuat postingan berbau SARA, anti NKRI, mengajak pada radikalisme, atau menebar kebencian pada sesama umat Islam/non muslim adalah beberapa di antaranya. Untuk itu, para da’i perlu kiranya untuk mempelajari cara memanfaatkan teknologi internet untuk berdakwah, demi mendengungkan nilai-nilai Islam sebenarnya yakni Islam yang Rahmatan lil Alamin. Bagaimana cara memanfaatkan teknologi internet untuk berdakwah?

Perubahan adalah sebuah keniscayaan, dan hal ini pun bisa terjadi pada masyarakat, biasa disebut dengan perubahan sosial. Tiap-tiap perubahan itu sendiri akan selalu membawa dampak bagi anggota masyarakat, tidak hanya dampak baik tapi juga dampak buruk, dan efek tidak baik inilah yang seringkali timbul. Kita bisa melihat contoh itu salah satunya dari menjamurnya nilai materialisme dan hedonisme. Sebagai muslim yang baik, tidak sepatutnya kita berdiam diri melihat semua ini, sebab jika dibiarkan, mereka yang terdampak akan mempertahankan bahkan semakin meningkat kerusakannya. Untuk itu, kita wajib membenahinya dengan menjalankan dakwah islamiyah, yakni dakwah yang tidak sekedar menyeru atau memanggil tapi sampai dengan memastikan ada perubahan perilaku pada diri umat, perilaku yang sesuai dengan tuntutan ilahi robbi. Bagaimanakah cara mengatasi dampak negatif perubahan sosial dengan dakwah islamiyah?