Tahun ke 3 Edisi 27

Jika kita mengenang perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan, dapat kita lihat betapa harmoninya yang terjadi kala itu. Pejuang dari berbagai daerah, agama, maupun suku, bersatu padu mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Segala perbedaan mereka kesampingkan, kesamaan nasib sebagai yang terjajah, dijunjung di atas segalanya. Akan tetapi jika menengok yang terjadi saat ini, sungguh sangat berkebalikan. Kita tak jarang saling beradu, saling bermusuhan. Kita pun saling membenci, saling mencaci. Tanpa kita sadari, sikap demikian sejatinya menunjukkan bahwa kita tidak cinta kepada negeri ini. Sebab dalam konsep negara kesatuan, bangsa ini diharapkan sebagai bangsa yang bersatu, bukan bangsa yang saling beradu. Bangsa yang saling welas asih, bukan bangsa yang saling membenci. Dan kecintaan terhadap NKRI adalah suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Mengapa kita perlu membangun kembali kecintaan terhadap NKRI? Bagaimanakah manifestasi cinta kepada NKRI pada masa ini?

Setiap dari kita, barangkali sudah memahami bahwa orientasi manusia diciptakan oleh Allah, tidak lain adalah untuk mengemban misi sebagai khalifah fil ardy. Namun bisa jadi, kita saat ini, belum menjadi khalifah dengan sebenar-benarnya. Kita masih belum totalitas dalam mensukseskan misi tersebut. Kita juga sering mudah menyerah ketika menemui masalah. Padahal, jika mau membedah lebih dalam, akan dapat kita temukan bahwa misi sebagai khalifah fil ardy bukanlah sebuah misi yang bisa dikerjakan dengan asal-asalan. Bahkan jika dilihat dari perspektif manajemen, ia adalah sebuah perintah yang memiliki kesamaan dengan misi seorang manajer. Maka dari itu, dalam menjalankan tugas sebagai khalifah fil ard, kita harus melaksanakannya sebagaimana performa seorang manajer. Mengapa misi sebagai khalifah fil ardy dapat dikatakan memiliki kemiripan dengan misi sebagai manajer? Bagaimanakah menjadi khalifah fil ardy yang berperforma manajer?

Terkadang, hidup di dalam sebuah lingkungan, salah satunya lingkungan organisasi, membuat kita jenuh atau bosan dengan segala sistem dan aturan yang dibuat di dalamnya. Kita mungkin bahkan sempat terpikir untuk menjauh sejenak agar tidak terganggu dengan semua yang ada di lingkungan itu. Padahal, jika kita mau merenungi sebentar saja, akan dapat kita temukan betapa banyaknya nikmat yang disediakan oleh sebuah lingkungan. Nikmat, yang bahkan mampu membuat diri ini berkembang, baik itu secara akhlaq, kemampuan berpikir, ataupun spiritualitas. Seperti apakah detil dari gambaran peranan sebuah lingkungan bagi perkembangan diri seseorang?