Author : Tadhya Husna
0 Views
Fenomena Pendidikan Agama yang Tidak Relevan Dengan Perilaku Keseharian (Penyebab dan Dampak)
Banyak dan masifnya pendidikan agama yang didapatkan oleh seseorang, seharusnya berkorelasi positif dengan perilakunya sehari-hari. Mengingat dari pembelajaran nilai-nilai agama tersebut, terdapat sebuah tujuan yakni bagaimana membentuk manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, serta senantiasa mengamaliahkan nilai-nilai agama yang didapatkannya.
Namun sayang pada kenyataannya, yang terjadi justru sebaliknya. Masih kita jumpai banyaknya penerapan hidup sehari-hari yang jauh dari prinsip-prinsip agama. Korupsi, pergaulan bebas, mengikuti aliran-aliran ekstrim, dsb. Tanpa sadar, banyak dari kita umat Islam yang selama ini menjalani kehidupan, tanpa benar-benar berpijak dari ajaran agamanya.
Apa kiranya yang menjadi penyebab adanya ketidaklinieran antara pendidikan agama yang didapatkan dengan praktek perilaku sehari-hari seseorang? Dampak apakah yang akan ditimbulkan ketika hal itu terjadi?
Author : Hendra B.Y.
0 Views
Da’wah Bil Hal: Prospek Dan Kontekstualisasi Penerapannya di Indonesia
Metode penyampaian dakwah, sejatinya tak melulu hanya bisa disajikan dalam bentuk dakwah bil lisan (dengan lisan) atau dakwah bil kalam (dengan tulisan). Dakwah bil Hal (dakwah dengan perbuatan/contoh), adalah salah satu metode, yang juga dapat menjadi pilihan untuk menyampaikan pesan dakwah.
Ya, metode dakwah ini memang tidak sesederhana dan semudah penerapan dua metode yang lainnya. Dengan metode ini, para subyek dakwah tertuntut untuk merealisasikan segala apa yang diserukan kepada obyek dakwahnya. Namun meski demikian, dakwah bil hal memiliki prospektus yang sangat besar. Sebuah kelebihan yang agaknya kurang dimiliki oleh dakwah bil lisan maupun dakwah bil kalam.
Seperti apakah prospektus penerapan dakwah bil hal? Bagaimana pula wujud penerapan model dakwah tersebut pada konteks masyarakat Indonesia?
Author : Septha Rima
0 Views
Kemampuan Self Awareness (Guna Menjaga Diri dari Godaan Setan)
Telah menjadi sumpah syaitan, untuk senantiasa membujuk manusia agar tergelincir dalam gelimang dosa. Beragam cara mereka tempuh, termasuk pula tak pernah menyerah untuk mencari titik kelemahan manusia. Orang miskin diperdaya agar mau mencuri, sedang yang kaya mereka pengaruhi untuk bersikap tamak dan kufur terhadap nikmat.
Oleh karenanya, menjadi PR besar bagi manusia untuk lebih waspada dan jeli dalam mengenali celah kelemahan dalam diri. Berlatih “Self Awareness” (kemampuan untuk mengenali kelemahan dan kelebihan diri), dapat menjadi salah satu solusi tepat untuk memproteksi diri dari bisikan setan yang datang bertubi-tubi.
Apa sajakah celah yang dapat berpotensi dimanfaatkan oleh setan untuk menggoda manusia? Bagaimana pula cara mengasah self awareness yang berfungsi sebagai tameng atas godaan setan?