Author : Eko Wahyu C.A.
1 Views
Belajar Sifat Muraqabah dari Keluarga Sederhana Ummu Umarah
Kita mungkin sering menjumpai, orang-orang yang taat dalam beribadah namun dengan beraninya melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Sebut saja misalkan melakukan korupsi, tindakan amoral, penyalahgunaan jabatan, adu domba, kompetisi segala cara, dan masih banyak yang lainnya. Mereka melakukan demikian, salah satunya karena merasa, tidak mungkin ada yang bisa mengawasinya secara menyeluruh, termasuk pada hal yang paling privasi yakni niat yang ada di dalam hati. Meski mereka memahami bahwa ada Allah yang Maha Tahu atas segala segala sesuatu.
Seperti demikianlah orang-orang yang tidak memiliki sifat “muraqabah” itu, yakni sebuah sifat yang meyakini bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi, melihat, mendengar, dan mengetahui segala apapun yang dilakukannya dalam setiap menit, setiap detik, setiap hela nafas. Padahal, dengan dimilikinya sifat muraqabah, akan banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh manusia.
Apakah sejatinya sifat muraqabah itu? Manfaat apa yang bisa didapatkan jika kita memiliki sifat muraqabah? Bagaimana cara menumbuhkan sifat muraqabah?
Author : Yudi Asmara
1 Views
Membangun Kecintaan Organisasi – Melalui Modifikasi Perilaku
Cinta, siapa yang tak mengenal istilah yang satu ini. Tua-muda, pria-wanita tentunya pernah mengalaminya. Cinta pada orangtua, cinta pada anak, cinta pada pasangan, cinta pada organisasi adalah beberapa contohnya. Seseorang yang sedang mencintai sesuatu seringkali mendapatkan berbagai hal yang positif. Mendapatkan suntikan semangat misalnya, termasuk juga bisa menjadikan seseorang lebih totalitas, baik itu dalam bekerja, berkarya, maupun berorganisasi. Sehingga, jika seseorang menginginkan dirinya bisa totalitas dalam berorganisasi, maka ia harus membangun cinta terlebih dahulu pada organisasi.
Sayangnya, ada sebuah mitos yang seakan membuatnya sulit. Banyak yang mengatakan bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan, ia harus tumbuh dengan sendirinya, bahkan ada yang menyebutkan bahwa “cinta tak ada logika”. Namun, semua mitos tersebut terbantahkan oleh hasil penelitian seorang profesor dari Harvard. Hasil penemuan tersebut menunjukkan, bahwa ternyata cinta itu bisa dibangun, salah satu caranya adalah dengan melakukan “modifikasi perilaku”.
Seperti apakah modifikasi perilaku yang dimaksudkan? Bagaimana wujudnya bila hal tersebut diterapkan dalam konteks membangun kecintaan pada organisasi?