Author : Alan Surya
0 Views
Cara Allah dalam Mempertahankan Kepemimpinan Nabi
"Menghimpun diri, bersatu, dan membangun suatu organisasi, adalah hal yang harus dilakukan untuk menjalankan misi dakwah, hal ini diperlihatkan sejak zaman nabi, hingga dakwah yang dibangun bisa lancar dan menuai kesuksesan. Ketika ikatan ini sudah terbentuk, kewajiban selanjutnya adalah mempertahankan organisasi dari segala hal yang mengancam eksistensnya. Perbuatan yang mengancam eksistensi organisasi, secara umum akan menyerang 4 pilar utama penyokong organisasi. 4 pilar utama tersebut adalah Visi-Misi, Budaya, Program dan Pemimpin.
Pemimpin organisasi menjadi sasaran yang cukup menarik, karena posisinya yang vital sebagai pihak yang paling mengenal organisasi, juga sebagai pemersatu anggotanya. Jika pemimpin mampu diserang dengan efektif, akan mudah menghancurkan bagian lain dari suatu organisasi. Contoh riil bisa kita lihat pada sejarah Nabi Muhammad, sebagai seorang pemimpin tertinggi Islam. Untuk bisa menghindarinya, kita perlu mengetahui bagaimana bentuk serangan yang dilakukan kepada Nabi. Dan bagaimana upaya mempertahankan kepemimpinan Nabi saat itu?"
Author : Abi Sanggrama
0 Views
Menghidupkan Spirit Ramadhan di Tengah Kesibukan
"Ramadhan telah berlalu, semua umat Islam kembali kepada aktivitas normal seperti sediakala. Para pekerja kembali melakukan rutinitas pekerjaannya, para mahasiswa kembali menempuh studi, demikian pula para pelajar. Tak ada lagi tausiyah harian yang intens, entah di televisi ataupun radio saat sore menjelang berbuka. Tidak ada lagi kewajiban untuk melatih diri menahan hawa nafsu. Tidak ada lagi keharusan untuk peduli melalui amal zakat fitrah, dan tidak perlu lagi melakukan iktikaf guna mengenang lailatul qadar. Sebaliknya, godaan kenikmatan yang melenakan, kembali datang bertubi-tubi. Kita kembali dihadapkan pada tantangan kehidupan yang sesungguhnya, yakni masyarakat yang liberalis dan materialis.
Tantangan kehidupan pasca Ramadhan tersebut sungguh sangat berat, bila kita terlena terus-menerus, perlahan ia akan menyeret kita dalam kebiasaan menuruti hawa nafsu. Jika terjadi demikian, lantas dimanakah hasil latihan menahan hawa nafsu selama sebulan lamanya di bulan Ramadhan? Dimanakah penerapan hasil iqra’ dan evaluasi diri dalam iktikaf malam Ramadhan? Sudahkah diri ini menjadi lebih bertakwa dari pada sebelumnya? Jangan biarkan Ramadhan berlalu begitu saja, tanpa memberikan sebuah makna yang nyata, dalam amaliah di kehidupan selanjutnya.
Untuk itu, perlu kiranya kita mengetahui bagaimanakah caranya menghidupkan spirit ramadhan di tengah kesibukan pasca Ramadhan dan apa saja spirit Ramadhan yang perlu dihidupkan tersebut?"