Tahun ke 2 Edisi 15

Setiap dari kita, pasti pernah memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Entah pengalaman yang menyenangkan, ataupun tidak, semuanya tertanam dalam memori kita, dan bisa datang sewaktu-waktu. Pengalaman yang datang tersebut, ada yang memiliki dampak positif, maupun negatif. Positif jika dengan pengalaman tersebut mampu membuat diri kita lebih baik, akan buruk jika membuat kita makin terpuruk dalam trauma. Beberapa orang mampu menjadikan pengalamannya sebagai pelecut karya. dengan pengalamannya hidup di masyarakat jahiliyah, mampu menjadikan diri Nabi Muhammad begitu peduli terhadap kondisi masyarakat yang memprihatinkan, hingga dirinya mampu membawa perubahan dari masyarakat yang dulunya begitu rusak, menjadi masyarakat yang baik. lantas bagaimana menjadikan pengalaman sebagai penggerak perubahan di dalam diri kita?

Dinamika hidup manusia, kadang di atas kadang di bawah. Ketika sedang berada di atas, kita pasti dengan senang hati menerimanya, namun kita acapkali terlupa bahwa diri ini pun harus siap ketika roda berputar menuju ke bawah. Di titik terbawah itu, saat kita dalam kondisi terpuruk, terhina, entah karena setelah melakukan kesalahan ataupun ketika semua yang diupayakan hancur dan seperti tidak ada jalan keluar, kita harus siap menghadapi kesedihan, kekecewaan dan bahkan yang terburuk yakni keputusasaan. Manusia harus sanggup menghadapinya terutama rasa putus asa, sebab kita tahu, tidak sedikit orang yang gagal melewatinya, bahkan bunuh diri tak jarang menjadi satu-satunya solusi. Rasa putus asa sendiri tidak hanya bisa menghinggapi orang-orang biasa, orang pandai bahkan Nabi pun pernah mengalaminya. Sehingga bisa jadi, suatu hari nanti hal itupun mungkin akan mendera kita. Maka dari itu, ketika kita mengetahui betapa besarnya dampak dari rasa putus asa, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimanakah kira-kira cara untuk menghadapi kondisi tersebut. Seperti apakah caranya?