Tahun ke 2 Edisi 18

Dalam suatu ikatan jamaah muslim yang kuat, pasti ada saja pihak-pihak yang berupaya untuk merusak. Mulai dengan cara yang terang-terangan, hingga menjelma menjadi pihak yang seolah-olah baik. Kaum perusak ini dalam Al Quran dikenal sebagai golongan munafik, yaitu sekelompok orang yang dilaknat oleh Allah SWT. Penampilannya penuh kepura-puraan, kata-katanya mengandung dusta. Hatinya yang busuk selalu menginginkan kehancuran Islam. Hampir di setiap masa, golongan munafik terus hadir melancarkan aksinya. Sebut saja Abdullah bin Ubay yang hadir pada masa Nabi Muhammad SAW. Pada masa kekhalifahan Usman dan Ali, ada Abdullah bin Saba’ yang sifat-saifatnya seperti orang munafik. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, ada Snouck Horgronje yang berupaya menghancurkan kekuatan umat Islam di Aceh. Salah satu kisah yang menarik adalah bagaimana aksi Abdulahbin Saba’ dalam merusak jamaah Islam saat itu. bagaimana peran Abdullah bin Saba’ dalam kejatuhan khalifah Usman?

Di dalam surat Al-Ahzab ayat 56, Allah memerintahkan umat Islam agar bershalawat dan mengucapkan salam penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan seperti yang kita lihat pada saat ini, sebagian besar muslim telah menjalankan ayat di atas, di antaranya ada yang berupa memperbanyak bacaan seperti “Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad” atau beragam bacaaan lainnya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk ekspresi kecintaan kepada Nabi Muhammad. Ada pula yang menjadikan amalan khusus bagi individu dengan mengharapkan pahala dan berkah dari bacaan itu, dan sebagian lainnya ada yang menjadikan sebagai tradisi dalam komunitasnya. Namun, tahukah kita bahwa di balik perintah bershalawat juga tersimpan sebuah hikmah, yakni tentang bagaimana seharusnya hubungan antara anggota jamaah/organisasi terhadap pemimpinnya. Sebuah pembelajaran yang dapat kita terapkan dalam kehidupan berorganisasi pada hari ini. Seperti apakah hikmah pembelajaran tersebut?